Processing math: 100%

DEFINIS, POSTULAT DAN TEOREMA

Aksioma adalah sebuah pernyataan dimana pernyataan yang kita terima sebagai suatu kebenaran dan bersifat umum, seta tanpa perlu adanya pembuktian dari kita. Bisa juga dikatakan adalah sebuah ketentuan yang pasti atau mutlak kebenarannya.

Definisi merupakan sebuah pernyataan yang dibuat dengan menggunakan konsep yang tak terdefinisi atau konsep yang telah terdefinisi sebelumnya. Konsep yang tak terdefinisi didalam geometri misalnya adalah titik, garis, bidang dan ruang.

Postulat adalah sebuah pernyataan matematika yang disepakati benar tanpa perlu adanya pembuktian. Sebagian orang mengatakan Postulat = Aksioma sehingga mereka dapat dipertukarkan, karena didalam suatu materi terkadang telah ditentukan pernyataan yang telah disepakati kebenarannya, sehingga disebut Aksioma.

Kumpulan Defnisi, Aksioma dan Postulat
DEFINISI 1: Ruas garis AB adalah himpunan titik-titik dari garis yang memuat titik A dan titik B dan semua titik diantara titik A dan B.
DEFINISI 2: Sinar adalah himpunan titik-titik yang merupakan gabungan dari titik pangkal sinar garis dan semua titik pada sisi yang sama terhadap titik pangkalnya.
DEFINISI 3: Sinar-sinar yang berlawanan adalah dua sinar berlainan pada garis yang sama dan mempunyai titik pangkal yang sama.
DEFINISI 4: Sudut adalah himpunan titik-titik yang merupakan gabungan dua sinar dan kedua titik pangkalnya berserikat.
DEFINISI 5: Titik tengah dari luas garis adalah suatu titik ada ruas garis itu sedemikian membentuk dua ruas garis yang sama ukurannya.
DEFINISI 6: Garis bagi (bisector) dari luas garis adalah garis yang memotong ruas garis pada titik tengahnya.
Postulat 1 : Sebuah garis paling sedikit terdiri atas 2 titik.
Postulat 2 : Sebuah bidang paling sedikit terdiri atas 3 titik nonkolinear.
Postulat 3 : Melalui 2 titik akan terbentuk tepat satu garis.
Postulat 4 : Melalui 3 titik akan terbentuk tepat satu bidang.
Postulat 5 : Jika dua titik berada pada satu bidang , maka garis yang menghubungkannya akan berada dalam bidang tersebut.
Postulat 6 : Jika dua bidang salaing memotong, maka perpotongannya adalah sebuah garis
Teorema 1 : Jika dua bidang saling memotong, maka perpotongannya adalah sebuah titik .
Teorema 2 : Jika sebuah titik berada di luar garis, maka terdapat tepat satu bidang yang melalui garis dan titik tersebut.
Teorema 3 : Jika dua garis salaing memotong, maka terdapat tepat satu bidang yang melalui kedua garis tersebut.
Postulat 7 (Postulat Penggaris):
Setiap titik pada sebuah garis dapat dipasangkan dengan satu bialngan nyata yang disebut koordinat . Jarak antara kedua titik adalah selisih positif dari koordinatnya
Postulat 8 :(Postulat Penjumlahan ruas garis):
jika B berada di antara A dan C pada sebuah garis, maka AB + BC = AC
Teorema 4 : Sebuah ruas garis mempunyai tepat satu titik tengah.
Teorema 5 : ika dua bidang sejajar dengan bidang yang sama, maka kedua bidang tersebut sejajar
Teorema 6 : Jika dua bidang yang tegak lurus dengan bidang yang sama, maka kedua bidang tersebut akan berpotongan atau sejajar.
DEFINISI 7-12:
7. Sudut siku-siku adalah suatu sudut dari 900.
8. Sudut lurus adalah suatu sudut dari 1800.
9. Sudut lancip adalah suatu sudut yang ukurannya lebih besar 0 dan lebih kecil 900.
10. Sudut tumpul adalah suatu sudut yang ukurannya lebih besar 900 dan lebih kecil 1800.
11. Dua sudut saling berkomplemen adalah suatu sudut yang jumlah ukurannya 900.
12. Dua sudut saling bersuplemen adalah dua sudut yang jumlah ukurannya 1800.
Postulat 9 (Postulat Busur Derajat):
Misalnya O adalah titik pada dan semua sinar garis dengan titik ujung O terletak pada satu sisi . Setiap sinar garis bias dipasangkan dengan satu bilangan antara 00 dan 1800. Selisih posistif antara dua bilangan yang menunjukan dua sinar yang berbeda adalah ukuran sudut yang sisi-sisinya adalah dua sinar itu.
Portulat 10 (Postulat Penjumlahan Sudut):
Jika berada diantara dan , maka mÐ AOB + mÐBOC = mÐAOC
Teorema 7 : Suatu sudut yang bukan sudut lurus hanya mempunyai satu garis bagi sudut.
Teorema 8 : Semua sudut siku-siku sama.
Teorema 9 : Sudut-sudut bertolak belakang mempunyai ukuran yang sama.
Teorema 10 : Jika dua sudut merupakan sudut penyiku yang sama, atau sudut yang besarnya sama, maka keduanya akan sama besar.
Teorema 11 : Jika sisi berbeda dari dua sudut berdampingan terletak pada sebuah garis maka kedua sudut itu adalah sudut pelurus.
Teorema 12 : Jika dua sudut merupakan pelurus sudut yang sama atau yang ukurannya sama, maka keduanya mempunyai ukuran sudut yang sama.
Teorema 13 : Jumlah sudut dalam setiap segitiga adalah 1800.
Teorema 14 : Besar sudut luar segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang tidak berdampingan dengan sudut tersebut.
Teorema 15 : Setiap sudut segitiga sama sudut memiliki sudut yang sama, yaitu yang berukuran 600.
DEFINISI 13: Dua garis saling tegak lurus adalah dua garis yang saling berpotongan membentuk sudut siku-siku.
DEFINISI 14: Garis bagi suatu sudut adalah suatu sinar sedemikian hingga titik pangkalnya titik sudut itu dan membentuk dua sudut yang sama ukurannya dengan kaki sudut itu.
DEFINISI 15: Ruas-ruas garis yang kongruen adalah ruas-ruas garis yang mempunyai ukuran sama.
DEFINISI 16: Sudut-sudut yang kongruen adalah sudut-sudut yang mempunyai ukuran sama.
DEFINISI 17: Jumlah dari dua ruas garis dan adalah jika dan hanya jika B diantara A dan C; dapat dilambangkan .
DEFINISI 18: terletak diantara ruas garis dan yang berlainan jika dan hanya jika C diantara A dan B; dilambangkan:
DEFINISI 19: Sinar PB terletak diantara sinar PA dan PC berarti u<="" span="" u
DEFINISI 20: Jumlah dari dua sudut, diantara dan ; dapat dilambangkan :
DEFINISI 21: diantara dan ; dapat dilambangkan:
DEFINISI 22: Dua sudut bertolah belakang adalah dua sudut sedemikian rupa hingga kaki-kaki dari dutu itu yang satu merupakan sinar yang berlawanan dengan kaki-kaki sudut yang lain.
DEFINISI 46: Sudut eksterior (luar) pada suatu polygon adalah suatu sudut yang bersisihan dan bersuplemen terhadap suatu polygon tersebut.
DEFINISI 47: Garis-garis yang sejajar adalah dua garis yang sebidang dan tidak berpotongan. Garis a sejajar dengan b dinotasikan dengan a//b.
DEFINISI 48: Suatu transversal adalah suatu garis yang memotong dua garis lain di dua titik yang berlainan.
DEFINISI 49: Sudut-sudut berseberangan dalam (alternateangles) adalah dua sudut yang dibentuk oleh transversal yang memotong dua garis; kedua sudut tersebut pada daerah eksterior di sisi yang berlawanan dari transversal, dan titik sudut titik sudutnya berlainan.
DEFINISI 50: Sudut-sudut berseberangan luar (alternate exterior) adalah dia sudut yag dibentuk oleh transversal yang memotong dua garis; kedua sudut tersebut pada daerah eksterior di sisi yang berlawanan dari transversal, dan titik sudut titik sudutnya berlainan.
DEFINISI 51: Sudut-sudut yang sehadap adalah dua sudut yang dibentuk oleh transversal yang memotong dua garis; sudut-sudut tersebut titik sudut titik sudutnya beralainan, satu terletak di daerah interior dan yang lain pada daerah eksteroir tetapi kedua sudut tersebut sepihak dengan trasversal.
Postulat 11(Postulat Sejajar):
Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka besar sudut-sudut sehadap yang terbentuk adalah sama.
Teorema 16 : Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka sudut dalam berseberangan besarnya sama.
Teorema 17 : Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka sudut-sudut luar berseberangan besarnya sama.
Teorema 18 : Jika dua sejajar terpotong oleh garis melintang, maka sudut-sudut dalam sepihaknya akan berupa sudut pelurus (jumlahnya 1800).
Teorema 19 : Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka sudut-sudut luar sepihaknya akan berupa sudut pelurus.
Teorema 20 : Jika dua garis sejajar terpotong oleh sebuah garis meintang, maka setiap pasang sudut yang terbentuk akan sama atau berupa sudut pelurus.
Teorema 21 : Jika sebuah garis melintang tegak lurus dengan salah satu dari dua garis sejajar, maka akan juga tegak lurus dengan garis yang satunya.
Postulat 12 : Jika dua garis dan sebuah garis melintang membentuk sudut-sudut sehadap yang sama besarnya, maka dua garis-garis tersebut sejajar.

Teorema 19 : Jika dua buah garis dan sebuah garis melintang membentuk sudut-sudut dalam berseberangan yang besarnya sama, maka kedua garis tersebut sejajar.
Teorema 20 : Jika dua buah garis dan sebuah garis melintang membentuk sudut-sudut luar berseberangan yang besarnya sama, maka kedua garis tersebut sejajar.
Teorema 21 : Jika dua buah garis dan sebuah garis melintang membentuk sudut-sudut dalam sepihak yang saling berpelurus, maka kedua garis tersebut sejajar.
Teorema 22 : Jika dua buah garis dan sebuah garis melintang membentuk sudut-sudut lluar sepihak yang saling berpelurus, maka kedua garis tersebut sejajar.
Teorema 23 : Pada sebuah bidang jika dua garis sejajar dengan garis yang ketiga, maka kedua garis tersebut saling sejajar.
Teorema 24 : Pada sebuah bidang, jika dua garis tegak lurus dengan garis yang sama, maka kedua garis tersebut saling sejajar.
POLYGON
DEFINISI 23: Polygon adalah gabuang himpunan titik-titik P1, P2, P3, . . . P n – Pn dengan ruas-ruas garis: P1 P2,P2P3, . . . . P n –Pn P1, sedemikian rupa hingga jika dua sebarang dari ruas garis berpotongan, bertitik potong salah satu dari titik P1, P2, P3 . . . , P n – 1, Pn dan tidak ada titik lain.
DEFINISI 24: Korespodensi(hubungan) sudut-sudut dari dua polygon adalah dua sudut dengan titik sudut dengan titik sudutnya berapasangan, yang merupakan korespondensi unsure-unsur yang bersesuian diantara titik sudut-titik sudut dua polygon.
DEFINISI 25: Korespodensi(hubungan) sisi-sisi dari dua polygon adalah dua sisi dengan titik ujung titik ujungnya berpasangan yang merupakan korespodensi unsure-unsur yang bersesuaian diantara titik sudut-titik sudut dari dua polygon.
DEFINISI 26: Dua polygon adalah kongruen, jika ada korespodensi 1-1 diantara titik-titiknya sedemikian rupa hingga: (1) semua sisi yang korespondensi kongruen, dan (2) semua sudut yang korespondensi kongruen.
SEGITIGA
DEFINISI 27: Segitiga adalah polygon yang bersisi tiga.
Teorema 65 (Teorema Pythagoras):
Pada setiap segitiga siku-siku, jumlah kuadarat kaki-kakinya sama dengan kuadrat garis miringnya (kaki2 + kaki2 = sisi miring2). Lihat Gambar 7-6 untuk bagian-bagian segitiga siku-siku.
Teorema 66 : Jika sebuah segitiga mempunyai sisi-sisi dengan panjang a, b, dan c, di mana c adalah sisi yang terpanjang dan c2 = a2 + b2, maka segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku dengan c sebagai sisi miringnya.
Teorema 67 : Jika a, b dan c mewakili panjang sisi-sisi segitiga dengan c sebagai sisi yang terpanjang, maka segitiga tersebut adalah segitiga tumput jika c2 > a2 + b2, dan segitiga lancip jika c22 + b2.
DEFINISI 28-31 tentang:
Segitiga sama sudut, segitiga siku-siku segitiga sama sisi, dan segitiga sama kaki. (sebagai latihan).
DEFINISI 32 A: Interior (sudut dalam) dari sebuah sudut adalah suatu himpunan titik-titik sedemikian rupa hingga jika sebuah sinar yang titik pangkalnya adalah verteks sudut tersebut, ditarik melalui sembarang sebuah titik pada himpunan titik-titik itu, senar akan terletak diantara sisi-sisi sudut tersebut.
DEFINISI 32 B: Interior (sudut dalam) pada suatu segitiga adalah himpunan titik-titik yang merupakan persekutuan sembarang dua interior-interior sudut segitiga tersebut.
DEFINISI 33: Garis tinggi pada suatu segitiga adalah suatu segmen yang ditarik dari sembarang verteks ( titik sudut ), tegak lurus terhadap sisi dihadapan sisi dihadapannya (dapat diperpanjang, jika diperlukan) pada segitiga tersebut.
DEFINISI 34: Garis berat pada suatu segitiga adalah suatu segmen yang ditarik dari sembarang verteks ke titik tengah sisi dihadapan sudut tadi.
DEFINISI 35: Garis bagi pada suatu segitiga adalah suatu segmen yang membagi dua sama ukurannya sembarang sudut pada segitiga dan berujung pada sisi hadapannya.
KESEBANGUNAN
Postulat 13(Postulat SSS):
Jika setiap sisi sebuah segitiga sama dan sebangun dengan sisi setiap segitiga yang lain, maka segitiga-segitiga itu adalah segitiga kongruen
Postulat 14(S,Sd,S):
Jika dua sisi dan sebuah sudut yang di apit dari sebuah segitiga sama dan sebangun dengan bagian-bagian yang sama dari segitiga yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen.

Postulat 15(Sd,S,Sd):
Jika dua sudut dan yang sisi di apitnya dari sebuah segitiga sama dan sebangun dengan bagian-bagian yang sama dari segitiga yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen
Teorema 28(Teorema SdSdS):
jika dua sudut dan sisi yang tidak diapit dari sebuah segitiga sama dan sebangun dengan bagian-bagian yang sama dari segitiga yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen
Postulat 16(Postulat MK):
Jika sisi miring dan kaki sebuah segitiga siku-siku sama dan sebangun dengan bagian-bagian yang sama dari segitiga siku-siku yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen.
Teorema 29(MSc Teorema):
Jika sisi miring dan sebuah sudut lancip dari sebuah segitiga sama dan membangun dengan bagian-bagian yang sama dari segitiga siku-siku yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen
Teorema 30(Theorema KK):
Jika kaki-kaki sebuah segitaga siku-siku sama dan sebangun dengan bagian-bagian segitiga siku-siku yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen
Teorema 31(TeoremaKSd):
jika satu kaki dan satu sudut sebuah segitiga siku-siku sama dan sebangun dengan bagian-bagian yang sama segitiga siku-siku yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen
Teorema 32 : Jika dua sisi sebuah segitiga sama, maka sudut-sudut yang berlawanan dari sisi-sisi tersebut juga sama.
Teorema 33 : Jika sebuah segitiga sisinya sama, maka sudut segitiga tersebut juga sama.
Teorema 34 : Jika dua sudut sebuah segitiga sama, maka sisi-sisi yang berlawanan dengan sudut-sudut tersebut juga sama.
Teorema 35 : Jika sebuah segitiga sama sudut, maka sisi segitiga itu juga sama.
Teorema 36 : Jika dua sisi segitiga tidak sama, maka ukuran sudut-sudut yang berlawanan dengan sisi-sisi tersebut juga tidak sama. Sudut yang lebih besar akan berlawanan dengan sisi yang lebih besar.
Teorema 37 : Jika dua sudut segitiga tidak sama, ukuran sisi-sisi yang berlawanan dengan sudut-sudut tersebut juga tidak sama. Sisi yang lebih panjang akan berlawanan dengan sudut yang lebih besar.
Teorema 38(Teorema Ketidaksamaan Segitiga):
Jumlah panjang setiap dua sisi segitiga lebih besar dibandingkan dengan panjang yang ketiga.
Teorema 39 : Jika segi banyak cembung mempunyai jumlah sisi n, maka jumlah sudut dalamnya dicari dengan persamaan berikut: S=(n-2)x1800.
Teorema 40 : Jika sebuah segi banyak cembung, maka jumlah sudut-sudut luarnya adalah 3600.
Teorema 41 : Sebuah diagonal membagi jajaran genjang menjadi dua segitiga sama dan sebangun.
DEFINISI 52: Suatu segi empat adalah polygon yang bersisi empat.
DEFINISI 53: Jajar genjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhapan sejajar.
DEFINISI 54: Persegi panjang adalah jajar genjang yang salah satu sudutnya siku-siku.
DEFINISI 55: Persegi adalah persegi panjang dengan dua sisi bersisihannya kongruen.
DEFINISI 56: Belah ketupat adalah jajar genjang dengan dua sisi bersisihannya kongruen.
DEFINISI 57: Trapesium adalah segi empat yang mempunyai satu dan hanya satu pasang sisi sejajar.
DEFINISI 58: Trapezium sama kaki adalah trapezium yang kedua sisi tidak sejajarnya kongruen.
Teorema 42 : Panjang sisi-sisi jajaran genjang yang berlawanan adalah sama.
Teorema 43 : Besar sudut-sudut jajaran genjang yang berlawanan adalah sama.
Teorema 44 : Sudut-sudut dalam sepihak jajaran genjang adalah pelurus.
Teorema 45 : Diagonal-diagonal jajaran genjang saling membagi.
Teorema 46 : Jika kedua pasang sisi segi empat yang berlawanan sama, maka segi empat ini adalah jajaran genjang.
Teorema 47 : Jika kedua pasang sudut segi empat yang berlawanan sama, maka segi empat ini adalah jajaran genjang.
Teorema 48 : Jika semua pasang sudut dalam sepihak sebuah segi empat adalah pelurus, maka segi empat ini adalah jajaran genjang.
Teorema 49 : Jika sepasang sisi segi empat yang berlawanan sama dan sejajar, maka segi empat ini adalah jajaran genjang.
Teorema 50 : Jika diagonal-diagonal sebuah segi empat saling membagi, maka segi empat ini adalah jajaran genjang.
Teorema 51 : Panjang diagonal-diagonal persegi panjang adalah sama.
Teorema 52 : Diagonal-diagonal belah ketupat membagi sudut-sudut yang berlawanan sama besar.
Teorema 53 : Diagonal-diagonal belah ketupat saling tegak lurus.
Teorema 53 : Besar sudut-sudut alas trapezium sama kaki alalah sama.
Teorema 54 : Panjang diagonal-diagonal trapezium sama kaki adalah sama.
Teorema 55 : Garis berat setiap trapezium mempunyai dua sifat: (1) sejajar pada setiap alasnya(2) panjangnya setengah dari jumlah panjang alasnya.
Teorema 56 (Teorema Titik Tengah):
Ruas garis yang menghubungkan titik-titik tengah dua sisi segitiga sejajar dengan sisi yang ketiga dan setengah panjang sisi yang ketiga.
Teorema 57 (Teorema Pembagi Sisi):
Jika sebuah garis sejajar dengan salah satu sisi segitiga dan memotong dua sisinya, garis ini akan membagi kedua sisi dengan perbandingan sama.
Teorema 58 (Teorema Sudut bagi):
Jika sebuah sinar garis membagi sebuah sudut segitiga, maka sinar garis tersebut akan membagi sisi berlawanan menjadi bagian-bagian garis yang sebanding dengan sisi-sisi yang membentuk sudut.
Teorema 59 : Jika dua segitiga sebangun, maka rasio setiap dua garis yang searah (seperti tinggi, garis berat, atau garis bagi) sama dengan rasio setiap dua sisi yang searah.
Teorema 60 : Jika dua segitiga sebangun mempunyai factor skala a : b, maka rasio kelilingnya adalah a : b.
Teorema 61 : Jika dua segitiga yang sama mempunyai factor skala a : b, maka rasio luas mereka adalah a2 : b2.
Teorema 62 : Tinggi yang ditarik ke sisi miring sebuah segitiga siku-siku menghasilkan dua segitiga siku-siku sebangun yang masing-masing sebangun dengan segitiga siku-siku aslinya.
Teorema 63 : Jika satu garis tinggi ditarik ke sisi miring sebuah segitiga siku-siku, maka masing-masing kaki adalah meangeometri di antara sisi miring dan bagian garis miring yang menyentuhnya.
Teorema 64 : Jika satu garis tinggi ditarik ke sisi miring sebuah segitiga siku-siku, maka mean geometrinya berada di antara bagian-bagian garis pada sisi miring.
LINGKARAN
DEFINISI 36: Suatu lingkaran adalah suatu himpunan titik sedemikian rupa hingga segmen garis-segmen garis yang ditarik dari masing-masing titik pada himpunan tersebut ke titik tetap adalah kongruen.
DEFINISI 37: Jari-jari suatu lingkaran adalah segmen garis yang ditarik dari sembarang titik pada lingkaran tersebut ke pusat lingkaran.
DEFINISI 38: Sinar PB terletak diantara sinar-sinar PA dan PC berarti bahwa u<=""
DEFINISI 39: Sudut-sudut ABC dan yang terletak diantara dan .
DEFINISI 40: Jarak antara dua bangun geometri adalah ukuran garis hubung yang terpendek diantaranya.
Teorema 68 : Dalam sebuah lingkaran, jika dua sudut pusat mempunyai ukuran yang sama, maka busur kecilnya mempunyai ukukran sama.
Teorema 69 : Dalam sebuah lingkaran, jika dua busur kecil mempunyai ukuran yang sama, maka sudut-sudut pusatnya mempunyai ukuran sama.
Teorema 70 : Besar sudut keliling pada suatu lingkaran sama ukurannya dengan setengah ukuran busur berhadapannya.
Teorema 71 : Jika dua sudut keliling pada sebuah lingkaran menghadap busur yang sama atau busur dengan ukuran yang sama, maka kedua sudut keliling tersebut mempunyai ukuran yang sama.
Teorema 72 : Jika sebuah sudut keliling menghadap ke setengah lingkaran, maka ukurannya 900.
Teorema 73 : Jika sebuah garis singgung dan diameter bertemu pada satu titik singgung, maka keduanya akan saling tegak lurus.
Teorema 74 : Jika sebuah tali busur tegak lurus dengan garis singgung pada titik singgung, maka tali busur tersebut adalah diameter.
Teorema 75 : Besar sudut yang terbentuk oleh dua tali busur yang saling berpotongan di dalam lingkaran, sama degnan setengah dari jumlah ukuran busur-busur yang berhadapan dengan sudut itu dan sudut bertolak belakangnya.
Teorema 76 : Besar sudut yang terbentuk oleh sebuah garis singgung dan tali busur yang bertemu di titik singgung adalah setengah dari ukuran busur berhadapan.
Teorema 77 : Besar sudut yang terbentuk oleh dua tali busur yang di luar lingkaran sama dengan setengah dari selisih ukuran busur-busur berhadapannya.
Teorema 78 : Pada sebuah lingkaran, jika dua tali busur berukuran sama, maka busur kecilnya juga berukuran sama.
Teorema 79 : Pada sebuah lingkaran jika dua busur kecil berukuran sama, maka tali busurnya juga berukuran sama.
Teorema 80 : Jika sebuah diameter tegak lurus dengan tali busur, maka diameter tersebut akan membagi dua tali busur dan busurnya.
Teorema 81 : Pada lingkaran, jika dua tali busur mempunyai ukuran yang sama, maka keduanya berjarak sama dengan pusatnya.
jika AB = CD, maka dengan Teorema 81, OX =OY.
Teorema 82 : Pada lingkaran, jika dua tali busur berjarak sama dengan pusatnya, maka kedua tali busur tersebut mempunyai ukuran yang sama.
jika OX = OY, maka dengan Teorema 82, AB = CD.
Teorema 83 : Jika dua tali busur berpotongan dalam lingkaran, maka hasil kali satu tali busur, sama dengan hasil kali bagian tali busur yang lain.
Teorema 84 : Jika dua bagian garis potong berpotongan di luar lingkaran, maka hasil kali garis potong dengan bagian garis luarnya sama dengan hasil kali garis potong yang lain dengan bagian luarnya.
Teorema 85 : Jika satu bagian garis singgung dan satu bagian garis potong berpotongan di luar lingkaran, maka kuadarat bagian garis singgung sama dengan hasil kali ukuran bagian garis potong dengan bagian luarnya.
Teorema 86 : Jika dua bagian garis singgung berpotongan di luar lingkaran, maka ukuran kedua bagian garis singgungnya sama.
Teorema 87 : Luas sisi tegak yang dinyatakan dengan S, tinggi dengan t, dan keliling dengan p menghasilkan rumus berikut ini.
Sprisma siku-siku = (p)(t) satuan2
Teorema 88 : Luas keseluruhan prisma siku-siku LK, dengan luas sisi tegak LS dan luas alas dengan LA menghasilkan rumus sebagai berikut.
LKprisma siku-siku = LS + 2LA atau LKprisma siku-siku
= (p)(t) + 2LA
Teorema 89 : Volume prisma siku-siku V, dengan luas alas LA, dan tinggi, t, menghasilkan rumus sebagai berikut.
Vprisma siku-siku = (LA)(t) satuan3
Teorema 90 : Luas sisi tegak LS dari sebuah silinder lingkaran siku-siku dengan keliling alasnya K, dan tinggi t, akan menghasilkan rumus berikut ini.
LSsilinder lingakaran siku-siku = (K)(t) satuan2
=(2pr)(t) satuan2
Teorema 91 : Luas keseluruhan, LK sebuah silinder siku-siku degan luas sisi tegak LS dan luas alas LA menghasilkan rumus berikut ini.
LKsilinder lingkaran siku-siku = LS + 2LA satuan2
=(2pr)(t) + 2pr2 satuan2
=2pr (t + r) satuan2
Teorema 92 : Volume silinder siku-siku, V dengan alas A dan tinggi t menghsilkan rumus berikut.
Vsilinder lingkaran siku-siku = (LA)(t) satuan3
=(pr2)(t) satuan3
Teorema 93 : Luas samping, LS dari limas dengan tinggi miring / dan keliling alas k menghasilkan rumus beikut ini.
LSlimas =1/2(k)(l)satuan2
Teorema 94 : Luas keseluruhan, LK dari limas beraturan dengan luas selimut LS dan luas alas A menghasilka rumus berikut ini.
LKlimas =LS + LA satuan2
=1/2(k)(l) + LA satuan 2
Teorema 95 : Volume, V, sebuah limas beraturan dengan luas alas LA, dan tinggi t, mengahasilkan rumus berikut ini.
Vlima =1/3(LA)(t) satuan3
Teorema 96 : Luas selimut LS kerucut dengan keliling alas K dan tinggi miring / menghasilkan rumus sebagai berikut.
LSkerucut = ½(K) (l) satuan2
=1/2 (2p)(r)(l) satuan2
=pr/ satuan2
Teorema 97 : Luas keseluruhan LK kerucut dengan luas selimut LS dan luas alas LA menghasilkan rumus sebagai berikut.
LKkerucut =LS + LA satuan2
=prl + pr2 satuan2
=pr(l + r) satuan2
Teorema 98 : Volume V, kerucut dengan luas alas LA, dan tinggi t, menghasilkan rumus berikut ini.
Vkerucut =1/3(LA)(t) satuan3
=1/3(pr2)(t) satuan 3
Teorema 99 : Luas permukaan, LP sebuah bola dengan jari-jari r menghasilkan rumus berikut ini.
LPbola =4pr2 satuan2

Teorema 100 : Volume bola, V dengan jari-jari r menghasilkan rumus sebagai berikut.
Vbola = pr3 satuan3
Teorema 101 : jika koordinat 2 titik adalah (x1, y1) dan (x2, y2)maka jarak (d) dari kedua titik tersebut bisa dicari dengan menggunakan rumus berikut ini.
(Rumus jarak)
d = akar[(x2-x1)2 + (y2-y1)2 ]
Teorema 102 : Jika koordinat A adalah (x1, y1) dan (x2, y2)maka titik tengah (T) dari AB bisa dicari dengan menggunakan rumus berikut ini (rumus titik tengah)
Teorema 103: Jika 2 garis yang tidak vertical saja, maka keduanya mempunyai kemiringan yang sama
Teorema 104 : jika kedua garis memiliki kemiringan yang sama, maka keduanya pasti garis tidak vertical yang tidak sejajar. jika kedua garis saling tegak lurus dan keduanya tidak vertical, maka satu garis akan mempunyai kemiringan posotif dan garis yang lain mempunyai kemiringan negatif.nilai absolute kemiringannya juga merupakan kebalikan.
Teorema 105 : jika 2 garis tidak vertical saling tegak lurus maka kemiringannya saling berlawanan, atau hasil kali dari kedua kemiringannya adalah -1.
Teorema 106 : jika kemiringan dua garis saling berlawanan atau hasil kemiringan adalah -1 , maka garis-garis tersebut adalah garis-garis tidak vertical saling tegak lurus.

DEFINIS, POSTULAT DAN TEOREMA Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Catatanku